SOKOGURU, JOMBANG- Sebanyak 10 ton refuse-derived fuel (RDF) atau bahan bakar dari sampah yang dikelola Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Banjardowo, Kecamatan Kabuh, Jombang, Jawa Timur dikirim ke PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) Pabrik Tuban.
RDF tersebut akan digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti batu bara dalam proses produksi semen di pabrik tersebut. Pengiriman perdana RDF tersebut menjadi langkah baru Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang dalam pengelolaan sampah.
“RDF dari Jombang itu akan menambah kontribusi bahan bakar alternatif dalam operasional SIG Pabrik Tuban,” ujar Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni, dalam keterangan resmi Kementerian BUMN, Selasa, 27 Mei 2025.
Baca juga: Komitmen Keberlanjutan SIG Lestarikan Lingkungan Sekaligus Serap Tenaga Kerja
Menurutnya, Momen pengiriman perdana RDF itu dirayakan dengan seremoni pecah kendi oleh Bupati Jombang, Warsubi, dan Project Management Sr Officer SIG, Ita Sadono, di lokasi TPA Banjardowo pada Senin, 19 Mei.
Seperti diketahui, RDF adalah bahan bakar yang berasal dari sampah, khususnya sampah yang mudah terbakar seperti plastik, kertas, dan kain. Proses pengolahannya meliputi pencacahan, pengeringan, dan pemisahan untuk menghilangkan komponen yang tidak dapat terbakar.
RDF dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif, misalnya sebagai pengganti batubara dalam pembangkit listrik.
Lebih lanjut, Vita menjelaskan, pengiriman perdana RDF itu merupakan bagian dari uji coba. Setelah itu dilanjutkan dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara SIG dan Pemkab Jombang.
Baca juga: Di Lahan Bekas Tambang Batu Gamping, SIG Kembangkan Budidaya Serai, UMKM Hasilkan Aneka Produk
SIG sebelumnya telah memanfaatkan RDF dari beberapa daerah lain di Jawa Timur, seperti Gresik, Bangkalan, Ponorogo, dan kawasan industri Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER).
“Pemanfaatan RDF merupakan bentuk kepedulian SIG untuk membantu pemerintah daerah menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi masyarakat, imbuhnya.
Di sisi lain, sambung Vita, pemanfaatan RDF juga membantu Perusahaan mendapatkan bahan bakar alternatif untuk substitusi batu bara dalam proses produksi dan mendukung tercapainya target penurunan emisi karbon,” kata Vita Mahreyni.
Baca juga: Rumah BUMN SIG Rembang Tempa Batik Sekar Mulyo Hingga Raup Omzet Ratusan Juta Rupiah
Sementara itu, Bupati Jombang, Warsubi, menyampaikan terima kasih atas kerja sama SIG sebagai pembeli RDF dari TPA Banjardowo.
Ia juga mengapresiasi bantuan mesin pemilah dan pengolah sampah yang diberikan melalui program Emission Reduction In Cities dari Jerman melalui Kementerian PUPR.
“Produksi RDF yang baru dikirimkan sebanyak 10 ton masih tergolong sedikit, pasalnya SIG siap menampung 50 ton RDF per hari, atau berapa pun yang mampu diproduksi TPA Banjardowo," ujar Warsubi.
Ia berharap kapasitas produksi di TPA Banjardowo mampu meningkat seiring waktu. Kerja sama dengan SIG itu membawa harapan baru bagi Pemkab Jombang untuk menyelesaikan persoalan sampah yang terus berkembang.
“Harapannya, dapat meningkatkan produksi RDF secara berkelanjutan dan bertahap mengatasi masalah sampah di Kabupaten Jombang,” imbuh Warsubi.
530 ton sampah per hari
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang, Miftahul Ulum, menambahkan, bahwa dengan jumlah penduduk 1,4 juta jiwa, Jombang menghasilkan sekitar 530 ton sampah per hari.
Selama ini, sampah tersebut dikumpulkan, diangkut, dipilah, dan sisanya dibuang ke landfill.
“Alhamdulillah, setelah ada kerja sama dengan SIG, cara kami mengolah sampah ada perubahan. Setelah kita olah dan pilah, sampah yang tidak punya nilai ekonomis tinggi dulu dibuang ke landfill, sekarang kita olah jadi RDF,” katanya.
Saat ini, TPA Banjardowo mampu menghasilkan antara 6 hingga 10 ton RDF per hari dari 30 hingga 40 ton sampah yang diolah.
Ke depan, kapasitas produksi RDF tersebut diharapkan terus meningkat, sehingga memberikan nilai tambah bagi Pemkab Jombang.
“Harapan kami RDF yang dikirim memiliki kualitas yang baik, agar sampah di Jombang tidak makin menumpuk di TPA, bahkan yang sudah menggunung puluhan tahun bisa kami olah menjadi RDF,” tutup Miftahul Ulum. (SG-1)